SMP NEGERI 20 PALEMBANG

Jl. Ki Anwar Mangku, Plaju Ulu, Kec. Plaju, Kota Palembang Prov. Sumatera Selatan.

SEMARAK HUT RI KE 79 DI SMP N 20 PALEMBANG

Dalam rangka memperingati HUT RI Ke79 SMP 20 Mengadakan karnaval dan memberikan dooprizee 3 buah sepeda.

Pembuatan Kain Jumputan Khas Palembang, P5 tema Kearifan Lokal

Melatih kreatifitas anak dengan kegiatan P5.

Panen Pakcoy di Kebun Hidroponik Sekolah

Sebagai sekolah yang berwawasan lingkungan SMP 20 Palembang memiliki kebun hidroponik.

Rabu, 18 September 2024

Spendupul Semakin Eksis!!! "Kemenangan Berkelas: Siswa SMP Negeri 20 Palembang Raih Juara 1 Lomba Pantun, Bangunlah Jiwa dan Raganya!"


        Alhamdulillah, siswa SMP Negeri 20 Palembang kembali menorehkan prestasi bergengsi  pada pagelaran lomba berbalas pantun tingkat SMP se-Sumatera Selatan yang diselenggarakan oleh UPTD Taman Wisata Kerajaan Sriwijaya Sumatera Selatan, pada hari Selasa, 17 September 2024. SMP Negeri 20 Palembang keluar sebagai juara pertama setelah berhasil menyisihkan belasan tim dari sekolah yang berbeda.  Selamat kepada  Syasya Ghassani dari kelas 9.6,  M. Izar Ar Razzaq dari  kelas 9.4, Nadya Farah Azizah dari  kelas 9.7 dan Hadi Asykari dari kelas 9.9. yang telah mengharumkan nama SMP Negeri 20 Palembang. "Sungguh prestasi yang luar biasa! Keberhasilanmu dalam lomba pantun menunjukkan dedikasi dan bakatmu yang menginspirasi kita semua. Teruslah berjuang dan raih lebih banyak sukses di masa depan!"

        Semoga kemenangan ini menjadi inspirasi bagi semua siswa untuk terus berkarya dan berprestasi. Jangan pernah ragu untuk mengejar impian kalian, karena setiap usaha dan kerja keras pasti akan membuahkan hasil. Mari kita dukung satu sama lain dan terus berkembang bersama!

Spendulul, EKSIS!!!! Edukatif... Kreatif... Santun... Inovatif... Smart...


Senin, 19 Agustus 2024

VISI MISI DAN TUJUAN SMP NEGERI 20 PALEMBANG

VISI

"Terwujudnya Warga Sekolah Yang Beriman dan Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, Cerdas, Terampil, dan Berwawasan Lingkungan" 

MISI

- Menanamkan keimanan dan ketakwaan melalui pengalaman ajaran agama 

- Melaksanakan proses pembelajaran dan bimbingan secara optimal

- Membina kemandirian peserta didik melalui kegiatan pembiasaan, kewirausahaan, dan mengembangkan diri yang terencana dan berkesinambungan.

- Mengembangkan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, berdasarkan minat dan bakat peserta didik.

- Membiasakan perilaku peduli wargaSMP Negeri 20 Palembang terhadap lingkungan.

- Menjalin Kerjasama yang harmonis antar warga sekolah dan lembaga lain yang terkait. 

TUJUAN

1. Terwujudnya masyarakat belajar yang agamis dan berahlak mulia.

2. Terwujudnya pembelajaran yang berdiferensiasi

3. Terwujudnya peserta didik yang bertanggung jawab, kreatif dan inovatif.

4. Terwujudnya sistem pembelajaran di sekolah yang berbais informasi teknologi (IT)

5. Terwujudnya kompetensi siswa yang memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk menghadapi tantangan masa depan

6. Terwujudnya suasana kerja yang sinergis antara pimpinan, tenaga pendidik, dan tenaga kependidikan.

7. Terwujudnya lingkungan belajar bersih, hijau, asri dan sehat.

8. Terwujudnya pendidikan yang berwawasan global. 



Kamis, 15 Agustus 2024

HUT RI DI SMP N 20 PALEMBANG

Meriahkan Peringatan HUT RI, SMP N 20 Palembang Gelar Karnval Kebangsaan



        Palembang - SMP Negeri 20 Palembang menggelar karnaval tema kebangsaan dalam rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-79 Republik Indonesia (RI) tahun 2024 di lingkungan SMP Negeri 20 Palembang, Rabu (14/8/2024).
Pelaksaan ini dibuka langsung oleh Plt. Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Palembang. 
Hal tersebut juga di unggah di akun instagram resmi Dinas pendidikan kota Palembang 


Plt. Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Palembang membuka Acara Karnaval SMP Negeri 20 Palembang dalam rangka semarak Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia ke 79 Tahun 2024 “Nusantara Baru Indonesia Maju”

Pj. Wali Kota Palembang @prodamenta
Pj. Sekretaris Daerah Kota Palembang @aprizal1645
Kepala Dinas Pendidikan Kota Palembang @amri_adrianus_ 


Adapun busana yang di tampilkan oleh siswa dalam karnaval adalah sebagai berikut :

1.Busana 3 R (Reduce,Reuse,Recycle) 2.Busana Atlet (Atlet badminton membawa raket seperti halnya atlet badminton dll ) 3.Busana Profesi ( Guru.dokter , tentara polisi, petani dll ) 4.Busana adat nusantara (pake pakaian adat Palembang, Aceh, Bali dsb) 5.Busana tokoh kartun (Naruto, iron man, dan sebagainya) 6.Alat tranportasi (sepeda dll) 7.Busana tokoh Agama 8.Busana tokoh pewayangan 9.Busana Pejuang 45 /tokoh pejuang 10.Busana Sekolah (SD,SMP,SMA.PT)





Minggu, 11 Agustus 2024

Kolaborasi Menghias Kelas

Hai guys, menjelang Peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan ke-79 Republik Indonesia, kelas mana yang ga sibuk menghias ruangannya? Ni kelas kami lagi kolaborasi bareng pagi siang. Seru kan guys.





Contoh Menghias Kelas Sesi Pagi



Rabu, 31 Juli 2024

Serba-Serbi P5

  


Profil Pelajar Pancasila dibangun dalam keseharian dan dihidupkan dalam diri setiap peserta didik melalui budaya satuan pendidikan, pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler (setidak-tidaknya dalam bentuk projek), ataupun ekstrakurikuler.

Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) adalah pembelajaran kolaboratif lintas disiplin ilmu dalam mengamati, mengeksplorasi, dan/atau merumuskan solusi terhadap isu atau permasalahan nyata yang relevan bagi peserta didik. 

P5 dilaksanakan dengan memperhatikan ketersediaan sumber daya Satuan Pendidikan dan Peserta Didik. Projek ini dikembangkan oleh Satuan Pendidikan mengacu pada panduan yang ditetapkan oleh pejabat pimpinan tinggi madya yang melaksanakan tugas di bidang Kurikulum.

Pelaksanaan P5 dilakukan secara fleksibel dari segi muatan, kegiatan, dan waktu pelaksanaan. Projek ini dirancang terpisah dari intrakurikuler. Tujuan, muatan, dan kegiatan pembelajaran projek tidak harus dikaitkan dengan tujuan dan materi pelajaran intrakurikuler. Satuan pendidikan dapat melibatkan masyarakat dan/atau dunia kerja untuk merancang dan menyelenggarakan P5.

MEMAHAMI INDIKATOR KETERATURAN SUASANA KELAS

Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Nomor 7607/B.B1/Hk.03/2023 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Kinerja Guru dan Kepala Sekolah, ada delapan IPK yang dapat dipilih guru saat observasi kelas. Pada tulisan ini menjelaskan tentang Indikator Keteraturan Suasana Kelas yang dipilih oleh sekolah sebagai bagian dari manajemen kelas.

Tujuan pembelajaran dalam indikator ini adalah untuk membangun suasana kelas yang kondusif agar peserta didik dapat belajar dengan gangguan seminimal mungkin. Perhatian peserta didik sepenuhnya terarah pada aktivitas belajar. Apa saja fokus perilaku keteraturan suasana kelas yang harus dilakukan guru dan akan diobservasi oleh kepala sekolah? Berikut penjelasannya.

1. Guru melakukan komunikasi positif untuk membangun suasana kelas yang kondusif

Pada saat pembelajaran berlangsung guru hendaknya membangun komunikasi positif dengan murid untuk membangun suasana kelas yang kondusif sehingga murid senang dan nyaman dalam belajar. Perilaku yang dianjurkan dalam membangun keteraturan suasana kelas ini antara lain: guru hendaknya memanggil murid dengan menyebut namanya. Inilah salah satu ciri guru mengenal karakteristik peserta didik. Selain itu guru dapat menyampaikan harapan positif terhadap kelas.

Terkait kekompakan atau prestasi yang bisa dibangun oleh anggota kelas. Guru juga harus memiliki kemampuan untuk mencairkan suasana kelas. Saat kelas sudah mulai mengalami kejenuhan, di sinilah peran guru amat penting untuk mengembalikan suasana kelas menjadi kondusif.

Perilaku yang harus dihindari guru pada saat pembelajaran antara lain: Guru tidak boleh memanggil Murid dengan sebutan yang merendahkan. Guru juga tidak diperkenankan menceritakan keluhan atau persoalan sekolah, hendaknya murid hanya belajar tanpa tahu persoalan sekolah. Guru tidak boleh langsung mengajar tanpa mengkondisikan suasana kelas terlebih dahulu sampai teratur.  

2. Guru melakukan strategi pengelompokkan untuk mengaktifkan keterlibatan murid

Perilaku yang dianjurkan antara lain: untuk mengaktifkan keterlibatan murid guru harus melakukan strategi pengelompokan dengan menyampaikan terlebih dahulu tujuan yang harus dicapai oleh murid. Guru harus menyediakan beragam peran dalam kelompok agar semua anggota kelompok ikut aktif terlibat. Guru juga harus mengajak murid untuk berinteraksi dan berperan aktif dalam kelompok. 

Perilaku yang harus dihindari guru antara lain: guru tidak boleh mengabaikan dinamika yang terjadi dalam kelompok. Guru tidak boleh melakukan pengelompokan dengan anggota yang sama secara terus menerus. Ini dimaksudkan agar semua murid dapat berinteraksi dengan temannya.

3. Guru membuat dan mengingatkan aturan atau kesepakatan kelas.

Perilaku yang dianjurkan saat membuat kesepakatan kelas, antara lain: kesepakatan kelas harus disetujui oleh semua murid dan ditempel di kelas. Selain itu guru juga mengajak murid untuk mengingat aturan atau kesepakatan kelas yang telah disepakati. Guru juga harus mengajak murid menilai seberapa efektif pelaksanaan aturan atau kesepakatan kelas yang telah disusun.

Perilaku yang harus dihindari oleh guru, ketika membuat kesepakatan kelas, antara lain guru menetapkan aturan kelas tanpa mendiskusikan dengan murid. Selain itu ketika guru menegur murid, maka guru harus menyebutkan aturan atau kesepakatan kelas yang telah disusun bersama. Guru juga tidak boleh melanggar aturan kelas, guru harus jujur mengakui jika guru sendiri melanggarnya.

Demikian ketiga fokus perilaku yang akan diobservasi oleh kepala sekolah berdasarkan Indikator Keteraturan Suasana Kelas yang dipilih pada tahap perencanaan. Pentingnya tahapan perencanaan ini, guna mendapatkan hasil yang maksimal pada tahap pelaksanaan observasi kelas diskusi tindak lanjut, refleksi, penilaian dan penentuan predikat kinerja guru. Fokus pada perilaku yang akan diobservasi oleh kepala sekolah, membuat guru akan lebih mudah membuat suasana kelas menjadi teratur dan kondusif. Semangat Merdeka Mengajar!

PEMBELAJARAN BERBASIS INDIKATOR PRAKTIK KINERJA

Oleh: Husnil Kirom 

Apa kabar guru Indonesia? Sehat-sehat semua. Asal tidak galau, menjeritlah selagi tidak sakit. Tumpahkan segala keluh kesah agar lepas dan tidak terbebani dengan berbagai tugas administrasi yang tidak ada habisnya menyandera kita.

Kita saat ini sudah berada di kehidupan global yang ditandai dengan revolusi industri 4.0 dan society 5.0 tanpa batas. Tentu kondisi ini mengharuskan bangsa Indonesia semakin kompetitif. Tidak ada cara lain bagi kita kecuali menyiapkan sumber daya manusia Indonesia yang memiliki keunggulan di berbagai bidang secara komprehensif untuk bersaing dengan bangsa lain di dunia.

Setiap individu di suatu negara harus memiliki kemampuan yang prima dalam menggunakan intangible assets, yaitu knowledge, learning competence, dan net working yang baik (Budimansyah, 2007). Termasuk dunia pendidikan yang di dalamnya berlangsung proses pembelajaran dari guru ke peserta didik. Sehingga pendidikan menempati posisi strategis dalam menyiapkan SDM yang unggul. Mungkin tidak akan tercapai cita-cita anak bangsa tanpa ada lompatan terukur kebijakan pendidikan Indonesia. Salah satunya melalui Pembelajaran berdasarkan Indikator Praktik Kinerja.

Memahami 8 Indikator Praktik Kinerja

Membicarakan perkembangan kurikulum merdeka begitu dinamis seolah tidak ada habisnya. Sejak awal semester genap guru mulai disibukkan dengan Perencanaan Kinerja melalui pengisian Rencana Hasil Kerja (RHK). Poin yang diisikan minimal 32 dalam satu semester. Poin tersebut diperoleh dengan memilih RHK yang efektif dan berdampak untuk mengembangkan kompetensi bagi diri sendiri, komunitas pendidikan, dan satuan pendidikan.

Setelah menuntaskan perencanaan di awal semester, kemudian guru masuk ke dalam tahap pelaksanaan pembelajaran selama semester berjalan. Lebih lanjut di dalam Pengelolaan Praktik Kinerja yang diawali dari tahapan Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) menuju Peningkatan Kinerja Pegawai. Dimana tahap pelaksanaan pembelajaran atau PKP berbentuk siklus, meliputi kegiatan observasi, tindak lanjut, dan refleksi.

Observasi kinerja guru bertujuan agar guru mendapatkan dukungan yang dibutuhkan guna peningkatan kinerja secara nyata. Berikutnya, tindak lanjut berupa pengembangan kompetensi. Terakhir, refleksi yang meliputi identifikasi capaian, tantangan, dan rencana perbaikan.

Persiapan observasi kelas tersebut sudah dirancang di awal bulan Februari dan akan dilaksanakan di bulan Maret nanti. Terdapat hal penting yang perlu diperhatikan secara serius oleh guru, ada semacam arah baru Pembelajaran Berbasis IPK.

Dfinisi indikator dalam kurikulum merdeka memiliki makna lebih luas sebagai fokus kinerja guru selama satu semester ke depan yang harus ditentukan di awal semester saat melakukan Perencanaan Pengelolaan Kinerja. PPK ini dilakukan dengan mengakses Platform Merdeka Mengajar (PMM). Pada fitur Pengelolaan Kinerja, terdapat lima langkah yang perlu kita perhatikan, yaitu: Merencanakan Praktik Kinerja, Pengembangan Kompetensi, Memilih Tugas Tambahan, Menentukan Perilaku Kerja, dan Rangkuman.

Indikator Kinerja Guru (IKG) merupakan bagian penting pada langkah pertama, yakni saat guru merencanakan Praktik Kinerja. Berdasarkan capaian Rapor Pendidikan satuan pendidikan masing-masing, guru akan mendapatkan rekomendasi indikator untuk dipilih. Jika Rapor Pendidikan tidak tersedia, maka guru dapat berdiskusi dengan Kepala Sekolah untuk menentukan Indikator Kinerja Guru.

Hanya satu dari delapan indikator yang bisa dipilih saat kita berada pada tahap Perencanaan Kinerja. Caranya mudah guru tinggal mengikuti rekomendasi Rapor Pendidikan dari satuan pendidikan. Kemudian guru memilih satu saja indikator berdasarkan rekomendasi tersebut. Guru akan mendapatkan Indikator D1 Kualitas Pembelajaran. Lalu dalam Rapor Pendidikan untuk Indikator D1 Kualitas Pembelajaran berkaitan dengan Dimensi Prioritas. 

Dimensi Prioritas merupakan akar masalah yang dapat mempengaruhi capaian indikator. Dengan adanya rekomendasi dari Rapor Pendidikan ini, guru dapat mengidentifikasi apasaja yang memerlukan perhatian khusus dan merancang strategi untuk memperbaikinya melalui satu indikator yang dipilih.

Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Nomor 7607/B.B1/Hk.03/2023 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Kinerja Guru dan Kepala Sekolah, ada delapan IKG atau IPK yang dapat dipilih guru saat observasi kelas, berikut uraian singkatnya.

Pertama, Indikator Keteraturan Suasana Kelas. Tujuan pembelajaran dalam indikator ini adalah untuk membangun suasana kelas yang kondusif agar peserta didik dapat belajar dengan gangguan seminimal mungkin. Perhatian peserta didik sepenuhnya terarah pada aktivitas belajar.

Kedua, Indikator Ekspektasi pada Peserta Didik. Indikator kinerja guru di sini berupa keberhasilan menyampaikan ekspektasi yang tinggi terhadap peserta didik. Tujuan dari dikomunikasikannya ekspektasi tersebut agar peserta didik memiliki motivasi dari dalam dirinya sendiri untuk belajar.

Ketiga, Indikator Penerapan Disiplin Positif. Indikator dalam Kurikulum Merdeka ini adalah peserta didik yang mampu menunjukkan perilaku dan kebiasaan sesuai dengan kesepakatan bersama. Kedisiplinan bersikap dan berperilaku ini tumbuh dari dalam diri peserta didik sendiri tanpa kita harus memberikan hukuman ataupun hadiah.

Keempat, Indikator Aktivitas Interaktif. Pembelajaran semestinya dapat memfasilitasi kolaborasi dan komunikasi antar peserta didik. Oleh sebab itu, indikator efektivitas pembelajaran ini berupa kolaborasi dan komunikasi yang baik selama pembelajaran berlangsung.

Kelima, Indikator Umpan Balik Konstruktif. Umpan balik yang disampaikan kepada peserta didik bisa berupa kemajuan proses belajar atau capaian pembelajaran yang telah diraih. Indikator kinerja guru dalam hal ini tampak pada tumbuhnya motivasi peserta didik untuk belajar.

Keenam, Indikator Instruksi yang Adaptif. Setiap peserta didik memiliki kebutuhan belajar yang berbeda-beda. Guru harus memahami dan menyesuaikan praktik pembelajaran sesuai dengan kebutuhan tersebut. Hal ini menjadi indikator metode pembelajaran yang efektif bagi guru.

Ketujuh, Indikator Perhatian dan Kepedulian. Guru dituntut untuk memberikan perhatian dan dukungan sesuai dengan kebutuhan belajar setiap peserta didik. Pada gilirannya, peserta didik memiliki motivasi intrinsik untuk belajar. Pada rubrik observasi kelas fokus perilaku indikator ini adalah guru menunjukkan empati untuk mendapatkan pemahaman utuh tentang peserta didik.

Kedelapan, Indikator Instruksi Pembelajaran. Indikator metode pembelajaran ini mencakup penjelasan yang terstruktur tentang konsep dan aktivitas pembelajaran kepada peserta didik. Guru bisa menggunakan demonstrasi, ilustrasi, contoh yang relevan dan kontekstual agar pembelajaran berlangsung dengan efektif. Pada gilirannya, peserta didik memiliki motivasi instrinsik untuk belajar. Kebetulan indikator ini saya pilih menjadi prioritas dalam perbaikan pembelajaran.

Di akhir semester, sampailah guru pada tahap Penilaian Kinerja. IPK Guru didasarkan tiga aspek, yaitu: Upaya Refleksi, Upaya Belajar, dan Perubahan Praktik. Dari nilai IPK dan mempertimbangkan pengembangan kompetensi, maka guru akan mendapatkan Predikat Kinerja Pegawai. Begitulah proses e-Kinerja Guru ini berjalan.

Dilema Pembelajaran Berbasis IPK

Terkait proses dalam e-Kinerja Guru, menjadi dilema karena masih banyak guru “senior” yang belum memahami pengisian e-Kinerja Guru. Sosialisasi hanya dilakukan melalui online minim sekali penyampaian secara tatap muka. Kesulitan dalam mengakses bagi guru di daerah karena jaringan internet. Proses panjang dalam mengikuti pelatihan di PMM sampai keluar sertifikar. Namun dibalik dilema tersebut, belakangan saya melihat aktivitas rekan guru semakin rajin, aktif, kreatif, partisipatif, kerja keras dan bekerja sama memenuhi tuntutan e-Kinerja Guru.

Dengan segala keterbatasan, walau sesibuk apapun guru tidak meninggalkan tugas utama mengajar di kelas. Dalam menyiapkan observasi kelas misalnya, guru pontang panting menyiapkan segala sesuatu untuk pelaksanaan pembelajaran lebih baik. Bahkan ada yang sampai sakit dan demam panggung, harus dibantu joki ketik dan pemikir. Wajar saja karena terlalu banyak tugas guru yang menumpuk seolah kejar tayang semenjak kurikulum merdeka dan pengisian e-Kinerja.

Belum lagi dengan berbagai jenis kegiatan yang harus diikuti, seperti sosialisasi, webinar, workshop, pelatihan, bimtek dan sejenisnya diikuti tanpa mengenal hari kerja atau libur. Awalnya para guru berburu sertifikat jenis apapun. Tak peduli dilaksanakan saat waktu pagi, siang, sore, malam tetap lanjut pantang mundur. Apapun kegiatan yang dilaksanakan organisasi atau komunitas tertentu selalu rame peserta. Masih beruntung tidak ada kegiatan yang dilaksanakan waktu Subuh.

Selanjutnya, para guru berlomba-lomba membuat Komunitas Belajar dan bergabung di dalamnya yang menyediakan agenda tertentu di PMM. Lalu para guru mengikuti kegiatan yang diselenggarakan tersebut untuk mendapat "ilmu" dan "sertifikat" katanya. Sempat whatsapp grup wara-wiri berisi kiriman postingan kegiatan online. Semoga guru tidak hanya mengikuti karena mengejar target minimal 32 poin RHK saja.

Kesibukan ini semakin membuat penasaran sekaligus dilema bahkan membuat galau bagi guru. Mengapa dilema dan galau? Ya, karena guru harus selalu siap dengan berbagai kebutuhan administrasi pembelajaran, hal-hal teknis, substansi, dan tuntutan pembelajaran lainnya. Dibutuhkan solusi dari pemerintah atas dilema dan kegalauan ini. Peningkatan Kinerja Guru penting tetapi memikirkan kesehatan, kesejahteraan, dan kebahagian guru jauh lebih penting.

Kapan lagi waktu istirahat dan bercengkerama guru bersama keluarga. Namun, pada akhirnya kita harus mengalah, lebih baik menyiapkan diri dan mental mengikuti Arah Baru Pembelajaran Berbasis IPK. Tetaplah melayani peserta didik dan berkontribusi bagi kemajuan sekolah. Mintalah pertolongan Allah SWT, karena Allah sebaik-baik penolong bagi kita "profesi mulia" ini. 

* Artikel ini telah terbit versi cetak di surat kabar Tribun Sumsel edisi 7 Maret 2024

Selasa, 30 Juli 2024

DOKUMENTASI P5 BJR 2024

 TEORI DAN PRAKTIK MATERI KMDR (MINGGU KETIGA)






P5 BANGUNLAH JIWA DAN RAGANYA

Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan tema Bangunlah Jiwa dan Raganya dirancang untuk membantu remaja dalam meningkatkan kesehatan mental dan fisiknya. Tema ini dipilih dengan mempertimbangkan beberapa latar belakang, antara lain: (a) Tingginya angka masalah kesehatan mental pada remaja. Menurut data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 9% remaja di Indonesia mengalami depresi dan 6% remaja mengalami kecemasan. (b) Kurangnya pengetahuan dan kesadaran remaja tentang kesehatan mental. Banyak remaja yang tidak mengetahui tentang kesehatan mental dan bagaimana cara menjaganya. (c) Kurangnya akses remaja terhadap layanan kesehatan mental. Di Indonesia, masih banyak daerah yang tidak memiliki layanan kesehatan mental yang memadai. (d) Gaya hidup remaja yang tidak sehat. Banyak remaja yang memiliki gaya hidup yang tidak sehat, seperti kurang berolahraga, makan makanan dan minuman tidak sehat termasuk yang siap saji, dan selalu begadang tiap malam tanpa manfaat.

Banyak hal yang dapat dilakukan peserta didik agar menjadi remaja yang sehat dan kuat, seperti berolahraga, makan dan minum sesuai porsi kesehatan, tidur teratur, dan berbagai aktivitas positif lainnya. Pentingnya berolahraga bagi peserta didik karena memiliki banyak manfaat bagi kesehatan fisik, seperti dapat meningkatkan kebugaran dan kekuatan tubuh. Selain itu, berolahraga bermanfaat bagi kesehatan mental, seperti mengurangi stres dan kecemasan serta meningkatkan mood dan rasa percaya diri peserta didik dalam belajar. Aktivitas positif juga berperan penting dalam menjaga kesehatan mental dan fisik caranya mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat mengembangkan bakat dan minat, seperti menciptakan kreasi senam P5 dan sebagainya.

Berikutnya P5 tema Bangunlah Jiwa dan Raganya ini diharapkan dapat membantu peserta didik untuk memahami pentingnya kesehatan mental dan fisik, mengetahui faktor-faktor yang dapat memengaruhi kesehatan mental dan fisik, mengembangkan strategi untuk menjaga kesehatan mental dan fisik, serta melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesehatan mental dan fisik. Dengan meningkatkan kesehatan mental dan fisiknya, maka peserta didik diharapkan dapat menjadi generasi yang sehat, kuat, tangguh, cerdas, terampil, berakhlak mulia dan berkarakter Pancasila.

Pelaksanaan P5 di SMP Negeri 20 Palembang dengan tema Bangunlah Jiwa dan Raganya ini mengangkat topik “Sehat Kuat Hebat Semangat”. Adapun yang menjadi relevansi tema dan topik tersebut adalah mendukung pencapaian Profil Pelajar Pancasila yang dapat menghasilkan peserta didik yang sehat dengan memiliki mental dan fisik yang kuat, cerdas dalam pengetahuan dan keterampilan, serta berkarakter dalam sikap dan perilakunya. Selain itu, memasifkan Implementasi Kurikulum Merdeka di sekolah. Sehingga terwujud peserta didik yang sehat, kuat, hebat, dan selalu bersemangat dalam belajar dan berprestasi, baik di dalam maupun di luar sekolah sesuai dengan profil SMP Negeri 20 Palembang. Media berisi materi P5 Tema Bangunlah Jiwa dan Raganya ini dapat diakses peserta didik melalui link aplikasi canva dan google drive yang disiapkan oleh Tim Pengembang P5.

Jumat, 24 Mei 2024

SURAT PERNYATAAN PESERTA DIDIK BARU





Kamis, 23 Mei 2024

PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU SMP NEGERI 20 PALEMBANG TAHUN AJARAN 2024/2025

Jumat, 29 Maret 2024

BAKWAN MINI" SOLUSI MENGURANGI SAMPAH DI SMP NEGERI 20 PALEMBANG


 

Sabtu, 03 Februari 2024

Perangi Hoaks, Edukasi Literasi Media Dibutuhkan untuk Tingkatkan Kemampuan Kritis Masyarakat

Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya Jakarta, Lisa Esti Puji Hartanti mengatakan, Indonesia membutuhkan edukasi literasi media untuk perangi hoaks atau berita bohong. 

“Situasi Indonesia saat ini darurat hoaks. Terlebih pandemi Covid-19, semakin banyak masyarakat mengonsumsi informasi pada media digital tanpa crosscheck (memeriksa kembali) kebenarannya,” ujarnya, seperti dalam keterangan tertulis yang Kompas.com terima, Senin (15/2/2021). 

Lisa Esti menyatakan berdasarkan data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) terdapat 1.387 hoaks di dunia maya selama pandemi Covid-19 (Maret 2020-Januari 2021). 

Penyebaran hoaks yang begitu masif itu juga semakin diperkuat oleh hasil survei tentang literasi digital nasional 2020 yang dilakukan Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo). 

Survei yang dilakukan di 34 provinsi tersebut menyatakan 68,4 persen dari 670 responden  pernah menyebarkan informasi tanpa mengecek kebenarannya.  Sementara itu, 56,1 persen tidak mampu mengenali informasi hoaks. 

“Oleh karenanya, edukasi literasi media dibutuhkan untuk mengembangkan kemampuan kritis dan kreatif warga dalam menyaring informasi palsu,” kata Lisa yang juga pernah menjadi bagian dari Program Grantee of Tanoto Foundation transformasi edukasi untuk melahirkan pemimpin masa depan (Teladan) 2013-2014. 

Adapun pendidikan literasi media dapat berbentuk formal, nonformal, dan informal. Edukasi formal terjadi dalam ruang kelas di sekolah. Kemudian, edukasi nonformal dapat dilakukan di mana dan kapan saja dengan target masyarakat umum. 

Sementara itu, edukasi informal adalah pendidikan tidak terstruktur dan terjadi di dalam keluarga atau dilakukan mandiri. 

"Ketiga bentuk edukasi ini, pada dasarnya terjadi di setiap negara. Namun, awal gerakan biasanya dimulai dari bawah ke atas, yaitu dari grassroots (inisiatif masyarakat),” ucap Lisa. 

Dari inisiatif masyarakat, sambung dia, maka akan mendorong pemerintah untuk melegalkan literasi media dalam bentuk kebijakan.

Lisa mencontohkan beberapa negara, seperti Australia, Canada, New Zealand, dan Inggris yang sudah stabil menerapkan literasi pada media, termasuk digital dalam kurikulum pendidikan formal. 

“Tak heran, peserta didik (di sana) dari sejak tingkat dasar sudah mendapatkan pengajaran tentang literasi media,” ujarnya. Bahkan, lanjut Lisa, negara seperti di Eropa Barat mengembangan teori budaya, sosio-budaya, semiotik, dan berpikir kritis sebagai basis dalam pengembangan edukasi literasi media. Namun, negara-negara ini pun mengalami awal gerakan yang dimulai dari inisiatif masyarakat, seperti yang dilakukan di New Zealand. Ia menceritakan, awal mula gerakan tersebut terjadi pada 1975. 

Saat itu, sekelompok guru sekolah dan dosen universitas yang bersemangat mengajarkan studi film membentuk asosiasi pendidik media. Mereka membentuk ini masif di berbagai daerah. 

“Hingga akhirnya, pemerintah pun mendukung dengan mengesahkan kurikulum dan memberikan berbagai panduan serta sumber daya literatur,” jelas Lisa. 

Edukasi literasi media di Asia 
Sementara itu, Lisa mengatakan untuk pembentukan literasi media di beberapa negara Asia memiliki metodenya masing-masing. 

“Seperti Taiwan memiliki tim buatan pemerintah yang bertugas mengintegrasikan media literasi ke dalam kurikulum sekolah,” kata Lisa. 

Di Hongkong, lanjut dia, edukasi tentang media masuk sebagai proyek di dalam pembelajaran yang telah ada. Adapun, di Jepang, pemerintah menyediakan fasilitas seperti komputer untuk mengembangkan pendidikan tentang media. Begitu pula di Korea Selatan (Korsel), gerakan media literasi berasal dari kolaborasi pemerintah, masyarakat, dan aktivis media dalam memberikan beberapa program. Program Korsel tersebut seperti pelatihan tentang media bagi guru dan peserta didik di sekolah, juga kepada masyarakat umum. 

“Posisi edukasi literasi media di tiap negara bervariasi. Mulai dari yang baru menerapkan pada taraf ekstrakurikuler, kurikulum extended, dan official,” ucap Lisa. 

Bentuk ekstrakurikuler tersebut, lanjut dia, biasanya adalah pilihan, sedangkan extended yaitu penerapan pada pembelajaran yang telah ada. Kemudian, program paling stabil adalah official, yaitu kurikulum yang masuk dalam aturan pemerintah, serta wajib diterapkan di sekolah. 

“Namun, sebagian besar posisi edukasi media di Asia masih pada taraf gerakan yang diciptakan oleh kolaborasi pemerintah, masyarakat, komunitas, dan industri media,” imbuh Lisa. 

Edukasi literasi media di Indonesia 
Sama dengan beberapa negara di Asia, Lisa memaparkan, program edukasi media literasi di Indonesia berasal dari kolaborasi gerakan masyarakat, aktivis media, dan pemerintah. 

“Contohnya, beberapa media membuat program cek fakta, dan komunitas masyarakat membuat program pelatihan,” ujarnya Selain itu, lanjut Lisa, semua pihak berkolaborasi pula dalam menghasilkan karya buku tentang literasi media yang dapat diakses bebas dan gratis yaitu di literasidigital.id. 

Lalu, dalam pendidikan formal, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah memasukkan kurikulum mata pelajaran Informatika. Meskipun, sifatnya masih pilihan pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). 

“Sebagai catatan, kurikulum tersebut masih lebih menekankan pada aspek pembelajaran perangkat komputer daripada media,” imbuh Lisa. 

Tak hanya itu, pemerintah mencetuskan pula program bimbingan Teknologi Informasi (TI) dan Komunikasi (TIK) yang dilaksanakan. Program ini, dimaksudkan untuk memberikan pendampingan bagi peserta didik, guru dan karyawan sekolah terkait penggunaan TIK, seperti website sekolah, pelaporan dalam portal online, dan sebagainya. 

“Namun, saat ini edukasi literasi pada media khususnya digital di Indonesia sedang menjadi perhatian pemerintah,” ujar Lisa. 

Hal itu, kata dia, terlihat dari visi Indonesia periode kedua kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menekankan tentang pembangunan sumber daya manusia (SDM). Salah satunya adalah persiapan kebutuhan SDM talenta digital sebagai bentuk transformasi digital. Kominfo pun menerjemahkan itu ke dalam program roadmap literasi digital 2021-2024. Program tersebut, menekankan pada pentingnya peningkatan kemampuan kognitif masyarakat bahwa keterampilannya tidak sebatas pada mengoperasikan gawai saja. 

Empat pilar yang dikembangkan pemerintah 
Untuk program peningkatan kompetensi masyarakat digital Indonesia, Lisa menjelaskan, ada empat pilar literasi yang sedang dikembangkan. 

“Pilar literasi tersebut adalah digital skill, digital culture, digital ethics, dan digital safety,” jelas Kandidat Doktoral Ilmu Komunikasi, University of Vienna ini. 

Untuk menjalankan empat pilar ini, kata Lisa, dibutuhkan kolaborasi dan sinergi antara badan pemerintah terkait. Makanya, bila Kemendikbud fokus pada pendidikan formal dengan kurikulum yang dikembangkan para guru, maka Kominfo fokus pada pengembangan pendidikan nonformal dan informal dengan kurikulum yang dikembangkan akademisi perguruan tinggi, praktisi, dan aktivis media. 

“Tak hanya pemerintah, pengembangan literasi media merupakan pekerjaan bersama antara pemerintah dan masyarakat,” ujarnya. 

Dengan dorongan masyarakat, lanjut Lisa, maka akan membantu pemerintah dalam menciptakan kebijakan kurikulum untuk pendidikan formal, nonformal, bahkan informal yang official.

Sumber: Kompas.com